Kamis, 04 Juli 2013

Suatu Malam di Rumah Kos

Kisah ini saya ambil dari Koran Memo rubrik Misteri dan dikisahkan oleh Ferry A. asal Semarang.

Pertama kali aku menginjakkan kaki di rumah kos di kawasan Gubeng Surabaya, aku sudah merasa ada yang tidak beres. Perasaanku terasa tidak enak. Tapi karena aku sudah terlanjur memesan kamar di sana, mau tidak mau aku harus menempatinya. Apalagi, aku sudah membayar kamar itu untuk satu bulan ke depan.

Ternyata, perasaanku memang benar adanya. Sebab pada malam harinya, aku diteror oleh sesuatu yang menyeramkan. Malam itu, adalah malam pertamaku di Surabaya. Karena aku tidak seberapa kenal dengan para penghuni kos yang lama, maka aku langsung tidur saja. Apalagi, aku mengambil satu kamar untuk seorang diri. Namun, aku tidak bisa memejamkan mata untuk waktu yang cukup lama, meski pun akhirnya aku tertidur juga. Pada saat tidur inilah, peristiwa menyaramkan itu bermula.

Ketika aku tidur, dalam kondisi setengah sadar, aku melihat seorang perempuan menghampiriku. Aku sama sekali tidak mengenalnya. Perempuan itu berkulit putih dan cantik. Sayangnya, kesan pertamaku tidak bertahan lama, karena pada saat berikutnya, ia berubah menjadi menyeramkan. Ia menangis dan wajahnya berubah nampak menakutkan.

Dalam kondisi ketakutan aku terbangun dengan nafas ngos-ngosan. Lamat-lamat aku mendengar suara televisi masih menyala. Karena itu aku langsung ke sana, siapa tahu masih ada anak kos yang masih menonton televisi. Sehingga bisa diajak ngobrol untuk mengendorkan keteganganku.

Tetapi aku hanya gigit jari, karena sesampainya di ruang tengah, tak ada seorang pun. Televisi juga sudah dimatikan. Anehnya, sesampai di ruang tengah, suara televisi tak terdengar lagi. Padahal tadi aku yakin mendengar suara televisi dari ruang tengah itu. Akhirnya aku kembali ke kamar.

Belum lama aku berada di kamar, terdengar suara langkah di ruang tengah. Aku segera keluar lagi. Tetapi aku tidak melihat seorang pun di sana. Namun, aku sempat melihat seorang perempuan yang masuk ke kamar paling ujung. Ah, mungkin itu keluarga ibu kos, pikirku.

Aku kembali ke kamar dan merebahkan diri di pembaringan. Mungkin karena kecapekkan atau sedang kalut, aku langsung tertidur. Tetapi sebelumnya, aku berjaga-jaga dengan berdoa sebisanya. Padahal sebelumnya, aku tidak pernah melakukannya.

Keesokan harinya aku ke kampus, untuk mengurus perkuliahanku. Kejadian semalam tidak begitu membekas, sehingga hari itu aku bisa menuntaskan semua yang harus kuselsaikan. Sayangnya, teror kembali terjadi pada malam harinya.

Padamalam kedua, teror yang terjadi benar-benar membuatku kelabakan. Seperti malam pertama, ada malam kekdua aku juga sulit tidur. Aku benar-benar tidak tahu kenapa bisa demikian. Padahal biasanya aku cepat tidur, tidak peduli tempat.

Lepas tengah malam, aku mendengar ada suara yang mengetuk pintu kamarku. Tanpa pikir panjang, aku langsung membukanya. Begitu pintu kamar terbuka, ternyata tidak ada seorang pun di sana. Tidak hanya bulu kudukku yang tiba-tiba merinding melihat kenyataan itu, jantungku berdegup keras. Aku benar-benar ketakutan. Pada malam itu, aku terjaga sampai pagi, dengan perasaan dan pikiran yang sulit untuk digambarkan.

Keesokan harinya, aku mendapat keterangan dari seorang anak kos lama, yang kebetulan seniorku di fakultas. Katanya, di rumah kos itu, dulu pernah terjadi ada seorang bunuh diri. Ia menempati kamar paling ujung! Pada saat itu, rumah itu hanya untuk kos putri. Tapi setelah kejadian itu, dikoskan untuk putra. Tanpa ingin tahu lebih jauh dan bertahan lebih lama, aku langsung pindah kos. (Gambar hanya sebagai ilustrasi dan bukan yang sebenarnya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumlah Tayangan Laman

Noble